Posted by
Oleh ; M Saleh Mude
Adalah seorang pecinta dan penyalin kitab Lontaraq La Galigo,“Transliterasi dan Terjemahan Sureq Galigo (TTSG),” 12 jilid dengan ketebalan lebih 3000 halaman. Naskah tersebut kini disimpan di Perpustakaan Nederland Bible, Leiden.
Muhammad Salim dilahirkan di Sidenreng Rappang (Sidrap), 4 Mei 1939. Salim adalah mantan pegawai negeri di Kantor Dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Sulawesi Selatan, dikenal sebagai pembaca dan menyalin kitabLontaraq yang tekun dan disiplin. Salim telah menerjemahkan sejumlah kitab manuskrip di Sulawesi Selatan. Bukunya yang telah terbit: Elong Pugiq; Transliterasi dan Terjemahan Cerita (Rakyat) La Padoma; Transliterasi dan Terjemahan Budhistiharah; Transliterasi dan Terjemahan Lontaraq Toloq Rumpaqna Bone; dan Transliterasi dan Terjemahan Lontaraq Attoriolong.
Di dalam buku La Galigo, Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia, Editor Nurhayati Rahman dll, 2003, saya menemukan dua tulisan Muhammad Salim: Transliterasi dan Terjemahan Sureq Galigo dan Ibuku Maggali-gali, maka Aku Dinamai I La Galigo, hal 35-58.
“Transliterasi dan Terjemahan Sureq Galigo (TTSG)” adalah karyamasterpiece-nya, proyek kerja sama pemerintah Indonesia dan Belanda dimulai tahun 1988. Proyek ini awalnya dirancang dan membutuhkan waktu 10 tahun, tapi berkat ketekunan Almarhum Muhammad Salim, proyek ini dikerjakan dengan penuh ketekunan hanya, 5 tahun 2 bulan. Luar biasa.
Tanggal 4-7 Juli 2019, Drama Kolosal I La Galigo akan kembali dipentaskan di Jakarta atas inisiatif Ciputra Artpreneur bekerja sama Yayasan La Galigo, pimpinan Bapak Tanri Abeng dan Yayasan Bumi Purnanti, setelah keliling dunia dipentaskan di beberapa gedung kesenian klas dunia.
Setiap membaca kisah sukses I La Galigo, saya ingat Almarhum Muhammad Salim. Semoga Allah menempatkan Almarhum bersama orang-orang pecinta ilmu pengetahuan. Amien.
M. Saleh Mude, 27 Maret 2019.
 |
| M Saleh Mude |
Muhammad Salim dilahirkan di Sidenreng Rappang (Sidrap), 4 Mei 1939. Salim adalah mantan pegawai negeri di Kantor Dinas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Sulawesi Selatan, dikenal sebagai pembaca dan menyalin kitabLontaraq yang tekun dan disiplin. Salim telah menerjemahkan sejumlah kitab manuskrip di Sulawesi Selatan. Bukunya yang telah terbit: Elong Pugiq; Transliterasi dan Terjemahan Cerita (Rakyat) La Padoma; Transliterasi dan Terjemahan Budhistiharah; Transliterasi dan Terjemahan Lontaraq Toloq Rumpaqna Bone; dan Transliterasi dan Terjemahan Lontaraq Attoriolong.
Di dalam buku La Galigo, Menelusuri Jejak Warisan Sastra Dunia, Editor Nurhayati Rahman dll, 2003, saya menemukan dua tulisan Muhammad Salim: Transliterasi dan Terjemahan Sureq Galigo dan Ibuku Maggali-gali, maka Aku Dinamai I La Galigo, hal 35-58.
“Transliterasi dan Terjemahan Sureq Galigo (TTSG)” adalah karyamasterpiece-nya, proyek kerja sama pemerintah Indonesia dan Belanda dimulai tahun 1988. Proyek ini awalnya dirancang dan membutuhkan waktu 10 tahun, tapi berkat ketekunan Almarhum Muhammad Salim, proyek ini dikerjakan dengan penuh ketekunan hanya, 5 tahun 2 bulan. Luar biasa.
Tanggal 4-7 Juli 2019, Drama Kolosal I La Galigo akan kembali dipentaskan di Jakarta atas inisiatif Ciputra Artpreneur bekerja sama Yayasan La Galigo, pimpinan Bapak Tanri Abeng dan Yayasan Bumi Purnanti, setelah keliling dunia dipentaskan di beberapa gedung kesenian klas dunia.
Setiap membaca kisah sukses I La Galigo, saya ingat Almarhum Muhammad Salim. Semoga Allah menempatkan Almarhum bersama orang-orang pecinta ilmu pengetahuan. Amien.
M. Saleh Mude, 27 Maret 2019.
Emoticon