BLANTERVIO103

Ramadan Telah Pergi, Izinkan Aku Menangis

Ramadan Telah Pergi, Izinkan Aku Menangis
Kamis, 06 Juni 2019
Ramadan telah meninggalkan kita, rasa sedih menyelimuti hari-hariku, aku bersedih, aku menangis karena aku telah menyia-nyiakan bulan penuh berkah dan ampunan ini, aku banyak lalai dari beribadah sementara aku tak tahu apakah masih bisa bertemu ramadan yang akan datang.

Aku menangis karena aku tahu. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Jabir, Rasulullah SAW., bersabda, “Ketika sampai pada malam terakhir Ramadhan, langit, bumi, dan para malaikat menangis, karena turunnya musibah bagi umat Nabiyullah Muhammad SAW.” Kemudian Jabir bertanya, “Apa yang dimaksudkan dengan musibah tersebut?” Rasulullah SAW., menjawab, “Ramadhan pergi. Maka sesungguhnya di dalam bulan Ramadhan, semua doa dikabulkan. Segala shadaqah diterima (dibalas oleh Allah). Setiap kebaikan dilipatgandakan. Dan adzab apa pun akan ditahan.”

Di hadis yang lain, Rasulullah SAW., bersabda, “Di bulan Ramadhan, Allah Ta’ala memerintahkan Malaikat pencatat amal, untuk mencatat semua amalan-amalan baik umat Nabiyullah Muhammad SAW. Dan melarang mencatat semua amalan-amalan buruknya. Dan menghapus semua dosa-dosanya yang sudah lampau.”

Tetapi Ramadhan telah pergi. Belum tentu tahun depan bisa bertemu kembali. Ini adalah musibah. Dan jika perginya Ramadhan adalah musibah terbesar bagi umat Muslim. Sehingga langit, bumi, dan para malaikat menangis. Maka, sudah selayaknya pula kita bersedih, menangis, karena perginya Ramadhan. Karena harus berpisah dengan keutamaan-keutamaan (fadlail-fadlail) dan kemuliaan Ramadhan.

Penghuni surga adalah mereka bahagia ketika Ramadhan tiba. Dan bersedih, bersimpuh, menangis tersengguk-sengguk ketika Ramadhan pergi. Ada banyak kesempatan, untuk meminta hal terbaik kepada Allah di Ramadhan. Ada banyak kemungkinan, untuk menjadi yang terbaik (dengan berbagi terhadap sesama) di hadapan Allah, di Ramadhan. Ada banyak harapan, untuk melipatgandakan kebaikan, untuk menggapai karidlaan Allah, di Ramadhan. Ada banyak perlindungan Allah dari adzab (karena dosa-dosa yang pernah dilakukan), di Ramadhan. Tetapi, kenapa justru kita sia-siakan?

Pergi. Ramadhan akan pergi. Di detik-detik terakhir perpisahan ini, kita seperti baru saja turun dari kereta Ramadhan. Berjalan menuju peron. Kemudian melihat kereta Ramadhan pergi perlahan-lahan. Kita diam, seakan hanya akan menjadikan Ramadhan bagian dari kenangan.

Sejurus kemudian, suara peron stasiun bergema, “Kereta Ramadhan pergi. Masihkah tahun depan bertemu kembali?” Dari stasiun terakhir, kita pulang dengan sekantong oleh-oleh bernama penyesalan. (*) 
Share This Article :

TAMBAHKAN KOMENTAR

3160458705819572409