Oleh : M. Saleh Mude, Sekretaris Jenderal PB Kebugis-Sidrap & Kontributor LenteraMerahNews Jakarta.
JAKARTA, LENTERAMERAHNEWS--Saya teringat ketika menjelang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, orang-orang di kampung saya, tanah Bugis, Sidrap, sibuknya bukan main. Terutama dari kalangan ibu-ibu dan gadis-gadis. Mereka rela begadang, membikin buras (mabburasa). Burasa (buras) adalah salah satu santapan utama di hari lebaran.
Saya melihat prosesi mabburasa itu tergolong rumit, berseni, dan mengasikkan. Dimulai dengan menyiapkan bahan baku, beras biasa atau ketan, dikukus dan dicampur air santan, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan tali plastik hingga kuat, lalu dimasak-rebus seharian penuh, dari pagi hingga malam hari, memakai panci besar dan kayu bakar. Hasilnya pun luar biasa, Burasa siap disantap, rasanya enak dan bergizi, dan bisa bertahan sampai sepekan.
Yang bikin takjub saya, setelah matang, Burasa dapat dimakan dipadu dengan berbagai jenis lauk, mulai ikan, telur, ayak, daging, tape, atau sekadar sambel biasa saja. Semuanya lezat dan mengeyangkan.
Ketika ada keluarga yang ingin pergi merantau atau keluar kota, Burasa pun bisa jadi salah satu bekal makanan utama, karena bisa tahan lama. Saya ingat ketika saya dulu beberapa kali naik kapal laut (Pelni) ke pulau Jawa, di atas kapal, orang-orang Bugis makan Burasa. Mereka bawa bekal, tidak perlu lagi ikut antrian panjang di Pantri Kapal menunggu jatah makanan siang atau malam.
Kini, ketika orang keluar kota atau dinas antar-pulau, tidak perlu lagi repot-repot bawa bekal Burasa. Burasa, ketupat, atau lontong berbagai rasa selalu tersedia di banyak warung coto, misalnya di kota Makassar. Di pesawat, Garuda misalnya, pramugarinya sudah menyiapkan makanan dan boleh pilih, nasi goreng, mie goreng atau omlet. Tapi maaf, jangan minta Burasa ke pramugari. Tidak ada.
Fajar Idul Adha sudah mendekat. Para Jemaah haji sudah bergerak meninggalkan tenda-tendanya di Mina menuju Padang Arafah untuk mengadakan wukuf, duduk berzikir sepanjang malam di dalam maktab atau tenda-nya hingga datangnya fajar, shalat, dan mendengarkan khutbah Idul Adha.
Selamat Idul Qurban. Mohon maaf Lahir dan Batin.
Emoticon