Kepala Desa Polewali, Mujais |
Pasangkayu.Lenteramerahnews.co.id-- Puluhan Petani lombok merah Di Desa Polewali menjerit, akibat harga lombok dalam 2 bulan terakhir ini anjlok di kisaran 8 ribu sampai 10 ribuan perkilo. Kurang lebih 10 hektar keseluruhan Lahan milik Petani lombok di Dusun Mulyosari Desa Polewali yang sudah masuk masa panen. Padahal Desa Polewali sendiri merupakan Desa kampung Pedas yang di canangkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Pasangkayu sejak tahun lalu.
Menghadapi fenomena ini, Kepala Desa Polewali Mujais mengungkapkan keprihatinannya terhadap petani Lombok di wilayahnya. Dia mengatakan, secara keseluruhan Luas lahan lombok yang telah panen mencapai 10 hektar, itu tersebar di beberapa Dusun antara lain, Mulyosari dan sekitarnya dan Dusun Hikma dan sekitarnya.
"Saya sebagai kepala desa bersama beberapa pihak sudah mengupayakan mencarikan pemasaran sampai di wilayah Palu Sulteng, Namun sampai saat ini belum ada pembeli skala besar. Mengingat Lombok para petani sudah masuk masa panen," tuturnya.
Meski harga anjlok, lanjut Mujais, Petani terpaksa menjual lomboknya dari pada tinggal begtu saja. " Harga yang dibelikan orang sama Petani Lombok di Mulyosari baru-baru ini masih kisaran 8 ribu sampai 10 ribu perkilonya. Itu diluar ongkos kerja panennya yang mencapai 5 ribuan perkilonya," kata Mujais
Mujais tambahkan, seharusnya Dinas terkait mencarikan solusi untuk pemasarannya, Karena di Desa Polewali saat ini petani Lombok menanam Lombok keriting dalam skala besar, mengingat harga lombok tahun lalu mencapai 20 ribu sampai 25 ribu perkilonya. Namun memasuki tahun ini harganya mulai anjlok. " tolong pihak Dinas Koperasi dan perdagangan untuk mencarikan solusi demi kesejahteraan Petani lombok" harap Mujais
Sementara Kabid Perdagangan Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Rahadian yang di konfirmasi Via Handphone terkait hal mengakui kalau harga Lombok keriting dalam bulan terkahir ini mengalami penurunan namun kadang juga tiba-tiba alami kenaikan.
" iya, nanti saya coba carikan pembeli skala besar untuk diarahkan ke Desa Polewali, " tutup Rahadian. (Ags)
Aku masih disini.
BalasHapusWalau semua petani berilmu penyuluh (maaf penyuluh)..petani indonesia tdk akan bs sejahtera...kunci kesejahtraan petani yaitu pemerintah harus hadir dan berpihak pd petani...setiap hasil pertanian kita harus punya HET..harga eceran terendah dr petani...bukan harga yg ditetapkan pengepul...,,,het ini baiknya ditetapkan pemerintah dgn melibatkan semua pihak terkait yg amanah...dengan menghitung semua aspek..baik biaya bibit,pupuk,pekerja dll..hinga didapat harga HET/ kg...,jd itulah yg menjadi acuan harga bagi petani..kl diatas harga het berarti bonus bg petani...kl terlalu tinggi barulah kebijakan impor diambi..bila harga pasar rendah jalur ekspor di genjot...at subsidhi diberlakukan..dengan adanya HET, sebelum tanam petani sdh bisa hitung BEP, margin dll....bukan kayak sekarang (dr dahulu sihh)sblm tanam harga selangit pas panen amsyooong...kapan petani sejahtra..apalagi mau maju......saya rasa profesi petani adlh profesi yg paling sabar...dimana dr nanam sampai panen memerlukan waktu berminggu2 hingga tahunan, belum lg gangguan gulma, hama, pencuri,iklim dan cuaca......,,,kamu mau ngak jd petani kl terus begini kebijakannya...?.(mau kl dah takdir kalèe yaa)...gak bakalan terjadi itu petani milinial yg didambakan....ayooo pihak yg kompeten jgn hny beretorika.....buat kebijakann yg benar2 berpihak pd petani...(kami bs beli itu alsinta,pupuk dll kl harga panen kami bagus) sdh panjang kayaknya unek2 sy.....mari berkarya untuk maju..."salam hobby tani"....NB.."kl masih bingung cara hitung HET, boleh hub Dep.Keu...disana banyak yg jago hitung2an.....cuman berat dikeberpihakan...maafkan sy hanya petani kecil...salam pancasila..