Oleh : Mursyid Fikri
Uji akurasi dalam penelitian senantiasa menjadi metode yang andal dalam menghasilkan sebuah verifikatif statement dalam penelitian kualitatif yang kadang dijadikan das
Begitu banyak rintihan yang penulis dapatkan sebagai seorang dosen disalah satu kampus swasta terbesar di Sulawesi Selatan yakni Universitas Muhammadiyah Makassar dari mahasiswa dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia khususnya Indonesia yang entah kapan dapat berakhir dan ini menjadi warna tersendiri bagi semua yang hidup dizaman ini.
Kita semua mengharapkan pandemi ini segera berakhir agar segera dapat merenovasi bangunan-bangunan peradaban (Dunia Pendidikan) yang bisa dikatakan hampir lumpuh selama kurang lebih 5 bulan ini.
Bagaimana tidak, Covid-19 menuntut para pendidik untuk bertindak ekstraordinari (Meminjam ungkapan Pak Jokowi yang sempat viral) dalam merenovasi pendekatan metode mengajar menjadi metodologi social teaching yang berbasis pada humanity inshigt para dosen dan guru.
Keakurasian humanity insight para dosen dan guru dapat diuji dengan munculnya jiwa kasih dan mengasihi buah dari proses pembelajaran yang kita terapkan atau dengan kata lain transfer nilai dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar terpaut pada sisi kognitif, affektif maupun psikomotorik peserta didik melainkan lebih kepada nilai komprehensif dari ketiganya yang bersifat abstraksi.
Dari penjelasan tersebut singkatnya saya ingin menyampaikan bahwa sebagai seorang pendidik tentunya dalam memberikan penilaian kepada mahasiswa memiliki standar ideal yang mesti dimiliki oleh mahasiswa namun seharunya dengan adanya Covid-19 menuntut kita untuk membuat standar ideal yang berbasis pada humanity insight.
Tanpa mengorbankan masa depan peserta didik dengan pemberian nilai eror maupun dibawah standar. Karena sesungguhnya mereka berhak sukses dalam studinya dan berhak pula menceritakan kesuksesannya dalam menempuh bangku belajar kepada Anak-anaknya kelak.
(*)
Emoticon