Persoalan perbedaan pemahaman antara Hisab dan Rukyat di Indonesia hingga saat ini belum mendapatkan titik temu, dalam pandangan penulis akan sangat sulit untuk dipersatukan dengan melihat kedewasaan ilmu yang diyakini masing-masing ahli falak di berbagai ORMAS. Perbedaan di Indonesia sudah begitu majemuk bukan hanya perbedaan Rukyat maupun Hisab sesama penganut Rukyat dan hisabpun terdapat berbagai perbedaan dalam menentukan Awal Bulan. Begitu banyaknya pemahaman Ilmu falak yang ada di Indonesia dan begitu majemuk dan mengkristal dikalangan penganutnya baik organisasi besar seperti Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama (NU) dll. Begitupula dengan pemahaman tradisional masyarakat adat yang ada di masing-masing suku dalam hal penentuan hari-hari besar
Masyarakat perlu memahami bahwa perbedaan tersebut bukanlah hal yang prinsip yang mesti mengakibatkan pembelahan di antara umat yang berdampak pada saling mencelahnya para pengikut masing-masing ORMAS, hal ini masuk dalam persoalan Ijtihad yang notabenenya dalam pandangan Islam sebagaimana yang di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW.
“Ketika seorang hakim hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad, kemudian benar, ia mendapatkan dua pahala. Jika ia hendak memutuskan hukum, lalu berijtihad kemudian ternyata salah, ia dapat satu pahala” (HR. Muslim).
Jadi baik yang pandagannya benar maupun salah dimata Allah masing-masing mendapatkan kemuliaan di sisi Allah SWT
Kita ambil contoh perbedaan di awal Sy’aban kemarin karena ketinggian Hilal 1° diatas ufuk setelah matahari terbenam di tanggal 13 Maret 2021 maka dalam pandangan penganut Hisab Wujudul Hilal Muhammadiyah menetapkan 1 Sya’ban tanggal 14 Maret 2021 sedangkan dalam pandangan penganut rukyat ketinggian hilal tersebut tidak akan dapat diamati oleh mata sehingga bulan rajab di istikmalkan (dicukupkan 30 hari) sehingga dalam pandangan tersebut 1 Sya’ban jatuh pada tanggal 15 Maret 2021
Dalam pandangan penulis kurang dirasakannya dampak dari perbedaaan tersebut oleh masyarakat ada hal baik dan buruknya. Baik bagi kelangsungan hidup bernegara kita, namun buruk bagi kelangsungan ilmu pengetahuan dalam hal ini Ilmu Falak. Pendapat mengenai ini akan penulis uraikan dilain waktu. Namun harus disadari faktor utama munculnya perbedaan tersebut diakibatkan karena :
1. Mengkristlanya Ijtihad masing-masing pimpinan ummat yang relatif majemuk.
2. Kurangnya usaha maksimal otoritas tunggal dalam merangkul berbagai Ijtihad yang muncul
3. Belum dijadikannya bulan Qomariyah sebagai bulan Nasional sehingga perbedaan tersebut tidak terlalu di rasakan oleh masyarakat.
Kemudian bagaimana dengan Ramadhan kali ini, apakah akan terjadi perbedaan atau tidak? semoga saja tidak terjadi perbedaan karena secara Hisab hasil perhitungan penulis tinggi bulan sekitar 2°38’ hingga 3°37’ pada tanggal 12 April 2021 sehingga 1 Ramadhan 1442H jatuh pada hari Selasa tanggal 13 April 2021 dalam pandangan Imkanur Rukyat hal ini sudah dapat di lihat oleh mata. Namun menunggu hasil siding Isbat oleh pemerintah yang akan dilaksanakan tanggal 12 April 2021 mendatang.
Oleh sebab itu, mari kita sambut Ramadhan yang akan datang dengan mempersiapkan diri kita dengan baik sehingga kita semua mendapatkan kemuliaan yang telah di persiapkan Allah SWT. di bulan yang mulia ini. Wallahu A’lam Bissawat.
(Mursyid Fikri S.Pd.I.,MH)
Dosen Ahli Falak Unismuh Makassar
Emoticon